Senin, 18 Mei 2009

Menyikapi Sifat Kinestetik Anak dalam PBM

Kamis, 25 September 2008 08:11:23 - oleh : redaksi
NANOK TRIYONO *)
Sifat kinestetik pada anak, muncul terutama menginjak usia antara 5 – 11 tahun. Pada masa ini, terkadang pendidik masih salah dalam melakukan persepsi terhadap anak. Kesalahannya banyak terletak pada perilaku generalisasi terhadap anak yang memiliki tingkat kinestetik tinggi. Dalam objek ini, generalisasi tidak boleh semerta-merta diterapkan pada seseorang.
Pengalaman pembelajaran tersebut juga dapat diterapkan pada anak yang memiliki perilaku kinestetik tinggi. Bukan berarti si anak memiliki sifat membandel atau sulit diatur bahkan beberapa pendidik juga menggeneralisasikan sebagai anak dengan tingkat pemikiran low atau dibawah standar. Seperti dalam hukum Gestalt, dimana keseluruhan lebih penting dari sebagian.
Hal ini dapat diartikan sebagai, pemahaman yang hanya sebagian dapat menjerumuskan sesuatu, karena penilaian dilakukan tidak menyeluruh. Untuk permasalahan kinestetik anak, seorang pendidik dapat mengacu pada karakter fungsi guru, dimana guru tidak hanya mengajar tetapi juga harus mendidik. Mendidik diartikan sebagai pengubah sikap yang kurang sesuai menjadi sosok yang teratur.
Pendidik yang hanya mengutamakan pengajaran bidang studi masih dirasa kurang sesuai apabila follow up tentang kepribadian anak kurang diperhatikan. Inilah yang terkadang membuat peserta didik hanya merasa sebagai individu yang harus menerima ilmu teori-teori saja, tanpa ada perhatian dan sikap bijak pendidik. Anak-anak yang cenderung bebas bergerak dalam kelas perlu diberikan beberapa kriteria pengalihan sikap, salah satunya yakni dengan melaksanakan langkah guru sebagai model dan metode reward/ hadiah khusus untuk peserta didik.
Dalam buku belajar mengajar karangan Prof Dr S Nasution MA dipaparkan mengenai beberapa langkah guru sebagai model. Siswa yang cenderung bebas bergerak dan acuh, menurut teori ini perlu sekali mendapat perhatian guru, dalam artian siswa tidak dibiarkan bebas dikarenakan psikologi anak secara umum akan terganggu apabila si anak didik diberikan kebebasan yang tak terbatas.
Anak akan merasa tidak diperhatikan dan terlebih lagi si anak dapat mengalami permasalahan mental sampai nanti melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya. Fungsi guru disini adalah sebagai pemimpin anak, dimana guru harus meluruskan segala tingkat behaviour anak. Guru harus tegas dalam mengatur anak didik sampai tercipta tingkah laku yang meningkat dalam artian pemanfaatan kinestetik anak dapat terwujud positif di kelas. Beberapa artikel belajar mengajar menyebutkan bahwa memperturutkan kemauan anak bukan termasuk mendidik, sehingga guru harus jeli akan tindakan yang dilakukan di kelas.
Langkah kedua yakni dengan menggunakan metode reward. Reward diartikan sebagai hadiah atau pemberian yang dapat memperkuat pengarahan kinestetik anak ke arah positif di kelas. Pada Metode penggunaan media reward juga diperlukan, media yang biasa digunakan yakni dengan pemberian barang, pemberian nilai, ajang kreasi pewarnaan pada draft reward yang dapat ditukar dengan sesuatu dan pemberian sapaan halus untuk anak.
Anak dapat diarahkan apabila ketentuan reward dibahas pada awal permulaan PBM (proses belajar mengajar). Metode ini dapat dikembangkan lagi secara kontinyu dengan cara melakukan penelitian action research/ tindakan kelas. Dari hasil ini nanti dapat dikembangkan media reward yang digunakan. Seperti diungkapkan Wollkfolk & Nicolich dalam bukunya Educational Psychology for Teacher bahwa guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah.
Pemanfaatan tersebut dimaksudkan agar mutu hasil belajar dapat meningkat dengan baik.
Dari beberapa langkah tersebut, pengarahan kinestetik peserta didik terutama di kelas dapat berjalan maksimal. Hasil pengarahan dapat meningkatkan peningkatan mutu output siswa. Psikologi pendidikan juga diharapkan membantu kinerja pendidik untuk memberikan pengajaran dan mendidik peserta didik dengan baik. Kualitas input proses dan output pun dikualitaskan dengan maksimal dengan proses yang sesuai dan output yang berhasil.

http://www.koranpendidikan.com/artikel/1552/menyikapi-sifat-kinestetik-anak-dalam-pbm.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar