Senin, 18 Mei 2009

Miskonsepsi Buku Ajar Sains di SD


Selasa, 17 Februari 2009 19:48:36 - oleh : redaksi

ANIK SUSANTI *)
Belajar sains adalah belajar mengenai fakta-fakta kehidupan di alam ini, untuk mengetahui apa, bagaimana, untuk apa dan mengapa akan sangat efektif jika seorang siswa menemukan sendiri melalui pengalamannya untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah konsep dengan diskusi atau penemuan. Konsep sangat dominan berperan dalam sebuah pengajaran karena itu titik yang harus diketahui siswa agar dapat berlanjut ke materi berikutnya. Tidak mungkin bukan kalau kita mengetahui macam-macam sumber daya alam yang dapat diperbaharui ataupun tidak dapat diperbaharui kalau kita belum tahu konsep mengenai sumber daya alam itu sendiri. Pada dasarnya apakah sebuah konsep itu? Setelah saya sempatkan membaca di beberapa buku dan karya ilmiah saya menemukan sebuah definisi yang tidak jauh berbeda. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.
Menurut Rosser (1984), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut sama. Oleh karena seseorang mengalami stimulus-stimulus (respons) yang berbeda maka konsep yang akan ia bentuk sesuai dengan stimulus yang diterima. Karena konsep merupakan pemikiran yang berdasarkan pengalaman dan tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang sama persis.
Kurikulum dan bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses belajar mengajar. Kurikulum dijadikan sebagai pedoman, sedang buku teks pelajaran sebagai salah satu sumber bacaan. Meski buku teks sains untuk SD sudah dibuat sesuai kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP), namun masih ditemukan beberapa kesalahan yang kebanyakan disebabkan oleh kekurang-telitian penulis, penyuntingan, dan pencetakan.
Kesalahan ini bisa membahayakan sebab bisa menyebabkan kesalahan konsep (miskonsepsi). Contoh yang paling sering dijumpai, dalam buku ajar ini amphibi disebut sebagai hewan yang dapat hidup di dua alam misalnya katak. Padahal katak digolongkan ke dalam hewan amphibi karena dalam daur hidupnya mengalami perubahan alat pernafasan dari insang ke paru-paru dan kulit.
Contoh lain disebutkan bila hanya tumbuhan berhijau daun (yang memiliki klorofil) yang mampu melakukan fotosintesis. Padahal beberapa tumbuhan yang kebetulan memiliki zat warna tidak hijau juga mampu melakukan fotosintesis seperti tumbuhan Sirih Merah. Tumbuhan ini memiliki zat warna daun yang disebut redhopil, demikian juga dengan tumbuhan yang memiliki xantophil.
Masih seputar tumbuhan hijau, ada buku ajar sains SD yang menuliskan bahwa klorofil terdapat di daun saja. Padahal dalam sebuah tumbuhan klorofil ini bisa terdapat dimana saja dan menyebar ke seluruh tubuh tumbuhan seperti di batang contoh Bayam dan Kaktus, di buah contoh Pisang dan Semangka jadi zat warna hijau (klorofil) tidak hanya terdapat di daun.
Jika kita beralih pada bab sumber daya alam, akan ditemukan beberapa buku yang menyebutkan bahwa tanah adalah termasuk salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Tanah itu terdiri dari beberapa unsur dan lapisan-lapisan, di mana kesemua bagian memerlukan proses yang yang panjang untuk terbentuk menjadi tanah seperti sekarang.
Ini dapat terjadi karena tanah terbentuk dari bongkahan batu yang melebur yang prosesnya bisa sampai berjuta-juta tahun. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa tanah tak ubahnya seperti bahan tambang yang harus tetap dipelihara keberadaannya. Sedangkan yang bisa diperbaharui dari tanah adalah kesuburannya yang dapat diupayakan dengan memberi pupuk atau menyiraminya.
Ada banyak buku yang dapat kita kaji untuk bahan mengajar atau belajar kita, baik sebagai guru maupun siswa. Namun sebagai seorang pendidik sebaiknya kita teliti memilah-milah buku dan penerbit yang baik untuk kita pakai produknya. Dan akan sangat efektif jika seorang guru membuat sendiri modul sebagai bahan pedoman mengajar. Tentu saja dengan menggunakan bahan acuan buku yang bermutu.

http://www.koranpendidikan.com/artikel/2627/miskonsepsi-buku-ajar-sains-di-sd.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar