Senin, 18 Mei 2009

Reformasi Pembelejaran PAI Kearah Edutainment


Rabu, 30 Juli 2008 07:33:39 - oleh : redaksi
HAIDZ JM SPd *)
Secara umum, edutainment merupakan pola pembelajaran yang berlangsung menghibur, menyenangkan, menggairahkan, dan berproses dengan cepat dalam mencapai prestasi yang memuaskan. Pelaksanaan dari metode yang saat dikenal juga sebagai PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan) ini, bukanlah semudah yang digembar-gemborkan. Termasuk implementasinya pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Selama ini, guru PAI lebih banyak menerapkan metode ceramah, dimana guru menjadi tutor tunggal dan siswa menerima apa yang disampaikan itu tanpa suara bahkan bergerak. Padahal metode ini diakui sangat monoton, menjenuhkan, dan membelenggu aspirasi siswa. Juga menghambat pencapaian pengertian, pemahaman, serta upaya mengamalkan keilmuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa pendekatan dan strategi yang efektif diterapkan guru PAI dalam proses pembelajaran yang juga sesuai KTSP antara lain; (1) PAI menanamkan keimanan yang kuat, artinya guru memberi peluang pada siswa untuk mengembangkan pemahaman adanya Allah SWT sebagai sandaran hidup seluruh mahluk. (2) PAI bersandar pada pengalaman siswa dalam mempraktikkan ibadah dan akhlak di kehidupan nyata. (3) PAI memberi kesempatan siswa membiasakan diri bersikap dan berperilaku secara Islami. (4) PAI bersifat rasionalis artinya seorang guru memberi kebebasan siswa membudidyakan akal fikirannya untuk memahami dan membedakan bahan pengetahuan. (5) PAI mengedepankan pendekatan emosional dan sosial agar dapat menggugah siswa dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan bahan ajar agama. (6) PAI bersifat fungsional agar siswa dapat merepresentasikan bentuk standar materi dari sisi manfaat dan mudharat. (7) PAI membutuhkan keteladanan guru sebagai figur agama Islam dan non Islam serta petugas sekolah, tidak menutup kemungkinan orantua sebagai refleksi (cermin) bagi siswa.
Sebagai contoh dari keteladanan ini, seorang guru PAI mempresentasikan bahan ajar bagi kepada siswa sesuai kurikulum KTSP, lalu menentukan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Sedang metode pengamatan yang bisa dilakukan peserta didik bisa dilakukan dengan mengamati apa yang dilakukan oleh bapak/ibu guru di sekolah.
Dalam kurikulum KTSP, tujuan pembelajaran adalah membekali dan mendayagunakan siswa untuk lebih kreatif dengan kemampuan yang mereka miliki, atas pengawasan atau didampingi seorang guru. Materi pembelajarannya sesuai dengan pokok bahasan supaya proses pembelajaran PAI berlangsung dengan edutainment dan dapat dinikmati serta dirasakan oleh peserta didik.
Ada 4 hal yang perlu dilakukan agar bisa menemukan strategi pembelajaran PAI diantaranya. Pertama, pengelolaan kelas yang variatif. Strategi ini menciptakan proses pembelajaran di kelas yang edutainment kondusif, tidak seperti saat ini. Sebagai imbauhan, guru PAI dapat merujuk dan memilih jenis strategi yang terdapat dalam buku Active Learning (101 Strategi Pembelajaran).
Kedua, Membuat Siswa Aktif. Dalam KBM PAI harus dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan, dan guru PAI berfungsi sebagai fasilitator. Dengan begitu, PAI yang dipelajari siswa bukan saja menjadi pelajaran yang digemari, namun juga sesuatu yang dicari, dipahami, dan diamalkan oleh siswa. Misalnya siswa diminta mencari tukang kebun sekolah yang ulet dan sabar.
Ketiga, belajar dwi interaksi. Bukan zamannya lagi PAI diajarkan dengan metode searah, dimana guru selalu mendominasi proses pembelajaran. Metode pembelajaran harus sudah dilakukan perbaikan agar suasana tidak lagi menakutkan dan menjenuhkan. Oleh sebab itu diperlukan suasana yang hidup dengan cara menumbuhkan interaksi siswa melalui diskusi. Misalnya dengan tanya jawab, bermain peran (role play) dan sejenisnya.
Keempat, mengakomodasikan perbedaan individu. Kemampuan siswa dalam satu kelas sangatlah berbeda antara satu dengan lainnya, apalagi dalam kualitas siswa yang banyak (melebihi kapasitas siswa). Sering dijumpai, dalam satu kelas ada yang pintar, setengah pintar, kurang pintar dan bahkan lamban dalam menerima pelajaran. Semua ini harus diberi layanan yang sama agar termotivasi dalam belajar.
Oleh karena itu, dalam opersional pembelajaran edutainment berwujud dalam berbagai bentuk. Misalnya Quantum Teaching yaitu upaya merubah suasana yang monoton kepada suasana belajar yang ceria, asyik, dan gembira. Juga ada Quantum Learning dimana ada penggabungan sugetilogi, teknis percepatan belajar bagi siswa yang berpotensi menggunakan nalar dan emosionalnya dengan tepat. (*)

http://www.koranpendidikan.com/artikel/1237/reformasi-pembelejaran-pai-kearah-edutainment.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar