Senin, 18 Mei 2009

Strategi Mengelola Kelas Berkemampuan Campuran

Selasa, 14 Oktober 2008 07:50:19 - oleh : redaksi
FATAH NASIKH A, AMd SPd
Seperti umumnya negara berkembang, pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia menghadapi berbagai persoalan. Setidaknya ada lima masalah dalam pembelajaran di kelas; (1) tingkat kemampuan siswa berbeda, (2) kelas terlalu besar, (3) bahasa Inggris belum menjadi alat komunikasi, (4) siswa kurang kooperatif dan pasif, (5) siswa kesulitan dalam listening.
Pada komposisi kelas yang berisi siswa dengan berbagai tingkat kemampuan dapat didekati menggunakan tiga alternatif. Pertama, guru memberi tugas atau latihan sesuai kemampuan, meski yang diajarkan memiliki kompetensi atau tujuan instruksional sama. Tipsnya, kelompokkan siswa berdasarkan level kompetensinya, misalnya dikelompokkan dalam kategori novice, elementary, dan intermediate.
Prinsipnya, guru dimungkinkan melatih suatu lingkup kompetensi yang sama di suatu kelas yang terdiri dari siswa berkemampuan campuran, tanpa harus menggunakan materi yang benar-benar berbeda. Dalam pemahaman ini terdapat dua pilihan, yaitu: guru mengajarkan suatu “kompetensi yang sama” memakai “materi yang sama” dilanjutkan dengan “tugas dan latihan yang berbeda”.
Hanya saja, pada pendekatan pertama ini, guru harus memerhatikan bahwa reading ability melandasi writing ability dan listening ability melandasi speaking ability. Implikasinya, siswa dari kelompok novice dan elementary harus lebih banyak diberikan porsi reading dan listening, sedangkan kelompok intermediate dan advanced dapat diberi aktifitas yang melatihkan keterampilan bahasa speaking dan writing secara lebih intens.
Kedua, guru dapat mengesampingkan masalah heterogenitas kemampuan siswa ini. Maksudnya? Pendekatan kedua dapat ditempuh berdasarkan asumsi atau keyakinan kuat bahwa di dalam kelas campuran, siswa akan menemukan atau mencapai tingkat atau level kemampuan mereka sendiri-sendiri secara alami. Dalam speaking dan writing, misalnya, siswa-siswa yang berkemampuan lebih baik otomatis akan lebih percaya diri dibandingkan yang berkemampuan lebih rendah.
Apalagi jika itu hanya aktifitas reading dan listening. Mereka akan semakin lebih mampu memahami pelajaran secara lengkap dan cepat. Meski demikian, bahayanya strategi kedua ini adalah bahwa siswa berkemampuan baik akan cenderung merasa bosan dikarenakan oleh lambatnya siswa novice dalam belajar, atau justru frustasi sendiri karena mereka terkadang gagal meningkatkan kemampuan individualnya lantaran guru cenderung memperhatikan kelompok menengah saja.
Guru melakukan ini biasanya untuk menjaga kondisi alamiah kelas yang heterogen. ‘Guru berada di tengah’ untuk mengangkat siswa novice ke elementary, siswa elementary ke intermediate, sedangkan siswa intermediate tidak terbimbing naik ke level advanced dan seterusnya, mereka nyaris berusaha sediri.
Ketiga, guru menggunakan bantuan siswa yang pintar dalam proses pembelajaran, baik dalam pengerjaan tugas atau latihan dan, bahkan, untuk keperluan menjelaskan materi kepada siswa-siswa yang lemah. Siswa yang diketahui mampu dapat ditugaskan membimbing siswa lemah di dalam kelompok atau pasangan, atau sengaja dipersiapkan dan ditampilkan oleh guru sebagai contoh atau model dalam pembelajaran, terutama, speaking dan writing.
Dengan demikian, saat guru membagi kelas kedalam kelompok-kelompok, para guru harus memastikan bahwa murid-murid yang lemah telah bergabung atau berpasangan dengan siswa yang berkemampuan baik. Meski demikian, pendekatan ini harus ditempuh dengan kepekaan yang luar biasa sehingga para siswa tidak merasa terpinggirkan oleh siswa-siswa yang sudah sangat baik bahasa Inggrisnya, atau, bagi yang berkemampuan baik, merasa tertekan oleh kewajiban membimbing teman yang lemah seperti telah ditugaskan bapak atau ibu guru.
Para guru yang mengajarkan bahasa Inggris di kelas-kelas dengan siswa berkemampuan campuran, dapat mengambil salah satu atau kombinasi dari tiga pendekatan strategi penulis paparkan di atas sebagai suatu alternatif solusi atas tantangan yang hampir tak mungkin terhindarkan. Akhirnya, English is difficult. So don’t make it more. Teach and help your students with love. Amin.

http://www.koranpendidikan.com/artikel/1656/strategi-mengelola-kelas-berkemampuan-campuran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar