Senin, 18 Mei 2009

Pembelajaran Akhlak Untuk Pendidik dan Anak Didik

Senin, 13 April 2009 18:40:00 - oleh : redaksi
KHOLIFATUL JAMIYYAH
Seringkali kita memberi nasihat kepada anak didik atas kelakuan atau perilaku mereka yang melanggar norma. Kita juga sering menglaim mereka tidak berakhlak ketika mereka melakukan perbuatan tercela. Bahkan kita juga memarahi mereka atas perlakuan atau perilaku mereka yang tidak terpuji. Semua itu kita lakukan karena kita menginginkan mereka menjadi anak yang baik dan berbudi luhur.
Perihal akhlak seorang murid kepada guru pun telah menjadi bahasan tersendiri dalam sebuah kitab Ta’lim Muta’alim. Kitab ini biasanya dibahas oleh murid-murid yang belajar di pesantren. Bahkan pembahasannya sangat terperinci. Kitab itu pun ditulis karena sang Pengarang ingin memberikan pesan kepada pembaca betapa terpujinya jika seorang murid memiliki akhlak yang baik.
Tapi kita tidak boleh lupa, bahwa sebagai manusia kita juga seringkali melakukan kesalahan yang mungkin dinilai itu perbuatan kurang baik atau tercela. Itu pun kita tanpa kita sadari atau tidak, kita lakukan di hadapan murid-murid. Seringkali kita lupa itu dan jarang mau menyadari atau introspeksi diri. Kita selalu menuntut mereka berperilaku baik pada kita dan kita tuntut mereka menjadi orang baik, tapi kita tidak melihat diri kita, apakah kita sudah berperilaku baik apa belum dihadapan mereka.
Mungkin kita masih ingat dengan beberapa kasus pencabulan terhadap anak didik di beberapa daerah tanah air. Mereka melakukan perbuatan tercela di hadapan murid-murid. Bahkan itu perbuatan tidak senonoh yang mana melanggar norma agama, adat dan Undang-Undang Negara.
Ada juga kekerasan terhadap anak-anak didik yang dilakukan beberapa guru dengan mengatasnamakan pembelajaran kedisiplinan. Mungkin hal ini harus kita renungi bersama dan kaji ulang. Apakah itu memang benar-benar sebuah pembelajaran kedisiplinan atau itu sebuah kekerasan? Dan apakah kedisiplinan itu harus dengan kekerasan?
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang beralaskan syarat “paksaan hukuman-ketertiban”’ itu dianggap memperkosa hidup kebatinan anak. Pendidikan seharusnya berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual.
Pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan. Pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan, pendidikan hendaknya harus memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri, setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya.
Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ Ulumuddin menyebutkan bahwa sebagai seorang guru atau pengajar, haruslah, belas kasih kepada anak didik dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri. Ketika mengajarkan suatu pelajaran kepada mereka haruslah dengan kasih sayang, ketika mereka melakukan kesalahan harus diingatkan dengan halus. Karena ketika kita mengingatkan dengan sebuah kekerasan itu akan mengakibatkan sebuah pertentangan atau protes dari anak didik dan akan mengurangi kewibawaan seorang guru.
Melihat pemikiran diatas, pembelajaran akhlak sebenarnya bukan hanya untuk anak didik saja, tetapi pembelajaran akhlak juga berlaku untuk pendidik. Jika ada pelajaran akhlak murid kepada guru, sebaliknya ada akhlak guru kepada murid. Karena adanya sekolah atau lembaga pendidikan adalah untuk mendidik seorang anak didik menjadi manusia yang terdidik. Jadi pendidikannya pun haruslah orang yang terdidik dengan baik.
Sebagai seorang pendidik, marilah kita sama-sama saling memahami tugas satu sama lain dengan mempraktikannya, untuk menghasilkan anak didik yang terdidik dengan baik yang kelak menjadi harapan agama dan bangsa kita tercinta ini. (*)

http://www.koranpendidikan.com/artikel/3197/pembelajaran-akhlak-untuk-pendidik-dan-anak-didik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar